Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di Kota Bandung. Nama ITB diresmikan pada tanggal 2 Maret 1959[1].
Sejak tahun 2012, ITB kembali berstatus sebagai perguruan tinggi negeri
(bahasa resmi: perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah),
berubah dari status sebelumnya sebagai perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN).[8] Hingga tahun 2012 ITB telah memiliki empat program studi yang terakreditasi secara internasional dari salah satu lembaga akreditasi independen Amerika Serikat ABET, di mana ITB merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri di Indonesia yang memiliki akreditasi internasional tersebut.[9]
Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia[10] sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama di Hindia-Belanda[11].
Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB
memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan
pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi
tidak terletak di kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah
untuk ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus di antaranya toko
buku, kantor pos, kantin, bank, dan klinik.
Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki
sebuah galeri seni yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan
sebuah Campus Center. Di dekat kampus juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan aktivitas keagamaan umat Islam
di ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas akademik dan riset,
terdapat fasilitas-fasilitas pendukung akademik, dintaranya Perpustakaan
Pusat (dengan koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal),
Sarana Olah Raga Sasana Budaya Ganesha, Pusat Bahasa, Pusat layanan komputer (ComLabs) dan Observatorium Bosscha (salah satu fasilitas dari Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di sebelah utara Bandung.
Rektor ITB saat ini adalah Prof. Akhmaloka, Dipl.Biotech., Ph.D. untuk periode 2010-2014.
Sejarah ITB bermula sejak awal abad kedua puluh, atas prakarsa
masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendirianya terutama
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit
karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah
jajahannya di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia
Pertama. Technische Hoogeschool te Bandoeng berdiri tanggal 3 Juli 1920.[12]
ITB didirikan pada 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool te Bandoeng (sering disingkat menjadi TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS) dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg- en Waterbouwkunde. ITB juga merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.
Pada masa penjajahan Jepang, tepatnya tanggal 1 April 1944, THS
dibuka kembali oleh Pemerintah Militer Jepang dengan nama バンドン工業大学 (Bandung Kōgyō Daigaku )[13]
setelah ditutup sejak 8 Maret 1942 dengan menyerahnya Hindia Belanda di
Kalijati. Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, tahun 1945, namanya
diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung". Pada tahun 1946,
STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Juni 1946, NICA
mendirikan Universiteit van Indonesie dengan Faculteit van Technische
Wetenschap sebagai pengganti STT Bandung di lokasi Kampus THS dulu.
Sebagian besar pengajarnya adalah para mantan pengajar THS yang baru
saja dibebaskan dari kamp interniran Jepang[14].
Dan pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri. Ini
kemudian menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia sejak 2 Februari 1950.
Kemudian pada tanggal 2 Maret 1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu
Pasti dan Ilmu Alam secara resmi memisahkan diri menjadi Institut
Teknologi Bandung (ITB).
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat
perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan,
Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi di Kota
Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima
perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut
Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi
pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan
nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju
dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan
melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode
ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang
pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan
kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa
sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah
dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan
sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonom.
Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar
negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin
dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan
kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern
dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana
makin meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini
didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik
yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki
dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen
Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga
Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Kini, dengan suplai tahunan pelajar-pelajar Indonesia terbaik, ITB
merupakan salah satu pusat ilmu sains, teknologi, dan seni terbaik di
Indonesia.
ITB juga mendukung para pelajar dan aktivitas sosial mereka dengan mendukung himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, ITB memilih seorang mahasiswa terbaik untuk dikirim ke pemilihan mahasiswa teladan nasional. Ganesha Prize
adalah nama penghargaan untuk mereka yang mendapatkan gelar mahasiswa
terbaik ini. Penghargaan ini biasanya diberikan secara resmi pada
seremoni penerimaan mahasiswa baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar